Postingan

UNTUKMU PEJUANG DIBELAKANG LAYAR

Untuk kamu pejuang dibelakang sebuah layar. Kamu, tak harus punya nama namun kamu bisa berkarya .. Memang dalam kehidupan, ada beberapa orang yang ingin namanya selalu dikenang, apapun kemampuan yang dimiliki pasti selalu ditunjukkan ke semua orang. Di sisi lain, ada pula orang-orang yang lebih suka berada di belakang layar. Dia tak ingin terlihat hebat di hadapan banyak orang walaupun yang ia lakukan sangat istimewa.  Orang-orang di belakang layar memang melihat dunia dengan sisi yang berbeda dan itu sah-sah saja. Jika bagi orang lain menjadi terkenal itu penting, aku tau mungkin tidak bagimu. Jika mayoritas orang mengejar rasa bangga atas pujian, bagimu yang penting adalah tetap berkarya tak peduli bagaimana orang melihatnya. Kamu tak ingin namamu dikenal luas hanya karena pujian yang semu. Kamu tak mempedulikan semua itu, bagimu hidup ya harus dijalani, itu saja. Dan sudut pandangmu ini wajar, bukan kamu sendiri yang mengalaminya. Hei kamu.. pejuang dibelakang kes

Review Film Dilan 1990

Gambar
"Milea, Jangan Bilang ke aku ada yang menyakitimu. Nanti orang itu akan hilang" Kayanya beberapa bulan terakhir kata-kata ini lagi happening baget di jagad dunia maya. Pasalnya, film yang diangkat dari novel berjudul sama karangan Pidi Baiq yakni "Dilan 1990" berhasil merajai bioskop-bioskop di Indonesia. Tak main main, film ini berhasil menyedot animo penonton sebesar 6,3 juta orang selama hampir 2 bulan penayangan dan membuat film ini bertahta di deretan 3 teratas film nasional Indonesia. Film ini memiliki ide cerita yang cukup sederhana, yakni seputar kisah cinta remaja bernama Dilan (diperankan Iqbaal Ramadhan) dan Milea (diperankan Vanesha Prescilla). Yang membuatnya jadi menarik adalah kisah cinta sederhana ini dikemas dengan sangat bagus oleh Fajar Bustomi yang didirect langsung oleh sang master, Pidi Baiq.  Dilan digambarkan sebagai sosok panglima tempur disebuah geng motor di Bandung sekitar tahun 1990 yang urakan namun kritis dan cerdas, tet

Elegi Drupadi /6/Sahadewa

/6/ Kuteriakkam namamu, Sahadewa, wahai kembar termuda Mengapa kau hanya meratap dan menghamba pada musuhmu Yang menginjak kehormatan keempat saudaramu Bukankan kau bisa meramalkan masa depan? Lalu mengapa kau biarkan kakak tertuamu menjadikanku alat permainannya?? Aku tak ingin kau lihat kemurkaan Wisnu pada pandawa Karena wanita selayaknya hiasan bukan taruhan Karena, kau harus tau suami manapun takkan rela membiarkan istrinya terluka

Elegi Drupadi /5/Nakula

/5/ Dalam tangisku, Nakula, wahai kembar tertua Aku dengar jerit bunda Madri Yang meratap pada kebisuanmu Yang menangis pada kemurkaanku Apakah karena kau merasa paling tampan Sehingga selainmu hanya pantas menjadi pelayan Lalu dimana perlindungan untukku darimu Tuanku? Sampai semua permata berserak dan tilak terhapus Masihkah aku disebut suci? Karena, suami mana yang bisa melihat istrinya nelangsa

Elegi Drupadi /4/Dananjaya

/4/ Di dalam langkahku, Arjun aku masih mendengar desing gandiwamu Yang senangtiasa membuat semua wanita mengerang dan meregang Namun, kemana perginya keperkasaan dewa Indra, ayahmu Hingga restu yang kuberikan padamu tak mampu menyelamatkanku dari penghinaan Tuanku, mengapa tak kau angkat gandiwamu Menebas semua ketidakbenaran dalam permainan dadu Atau kebebasan yang telah kakak tertuamu gadaikan hanya membuatmu menghamba Karena, bagaimana bisa seorang suami melihat istrinya diperdaya?

Elegi Drupadi /3/Wrekodara

/3/ Didepanmu, Bima aku lemah tak berdaya Bukan karena kau perkasa Tapi karena mimpiku dilindungi manusia digjaya, sirna Karena kau selemah kakakmu, Yudisthira Saat kau dengar kakak tertuamu bicara Tuanku, setega itukah dirimu biarkan aku merana?? Saat semua kehormatanku dirampas kurawa Masihkan aku punya harga atas diriku sendiri? Bahkan, dewa Bayupun akan malu melihat kelemahan yang kau tunjukkan.

Elegi Drupadi /2/Puntadewa

/2/ Didepan majelis aku bersujud padamu, Puntadewa Menyembah atas semua kejujuran yang kau punya Engkau yang dikenal bijak, mana kebijaksanaanmu?? Saat engkau tetapkan aku sebagai barang taruhanmu Demi memuaskan nafsu permainanmu Adakah satu kebajikanmu dalam bungkam itu? Saat rambutku ditarik dalam peraduanku Saat semua kain terurai dan aku memohon Karena, bahkan bajingan sekalipun akan menangis melihat kebenaran yang kau yakini hari itu.